Biografi Tokoh Sastra
Windhy Puspitadewi
Windhy
Puspitadewi merupakan seorang tokoh sastra muda yang lahir pada hari kasih
sayang yaitu tanggal 14 Februari 1983. Ia sangat hobi menonton anime dan
membaca buku.
Dan
karena twit itu akhirnya aku buka satu-satu buku Windhy di bagian Profile, dan memang dibeberapa buku,
(dari yang aku punya) sejak buku terbitan GagasMedia memang foto yang dipajang
yang terlihat hanya bagian mata, sedang bagian wajah lainnya tertutup
buku.
Windhy Puspitadewi pernah
mengenyam pendidikan diantaranya di SMPN 2 Semarang, SMU 1 Semarang dan juga di
STAN Jakarta. Sekarang, ia sedang bekerja sebagai seorang abdi negara.
Bagi Windhy Puspitadewi, menulis
merupakan caranya untuk berbagi pikiran, perasaan, mimpi, imajinasi dan
cita-citanya dengan orang lain. Ia ingin tulisannya bisa menggugah dan
menginspirasi pembacanya, sama seperti tulisan kedua tokoh yang pertama-tama
menginspirasinya untuk menulis, tak lain dan tak bukan mereka ialah almarhum
Umar Kayam dan Jostein Gaarder.
Banyak yang mengira Windhy
mengoleksi kutipan orang-orang terkenal (mulai dari Ralph Waldo Emerson sampai
Detektif Conan) yang sering ia selipkan dalam novel-novelnya. Padahal
sebenarnya ia hafal. Kata-kata yang bagus itulangsung menempel hingga
sewaktu-waktu dibutuhkan, ia tinggal mencomotnya dari ingatan dan sesekali
mengecek ke Oom Google supaya lebih akurat.
Ada
satu hal yang sepertinya selalu “dibawa” olehWindhy dalam tulisannya,
yaitu “ada beberapa hal yang harus dikatakan baru bisa dimengerti” walau
dibeberapa novelnya tidak dituliskan dengan persis seperti itu. Tetapi
menariknya, Windhy berhasil membawakan masing-masing cerita dengan unik. Jadi
walau memiliki beberapa kesamaan, maka kalaupun membacanya secara marathon
tidak membuat bosan.
Adapun novel karya Windhy Puspitadewi yaitu sebagai
berikut, Let Go (2009),
Touché (2011), Morning Light (2010), Incognito (2009), Seandainya… (2012),
Confeito (2005), Touché: Alchemist (2014), sHe (2007), Heart and Soul
(2014), Run! Run! Run! (2007), Love and the City: Dalam Cinta Tak Ada Pilihan Sederhana (2015), 11
Jejak Cinta (Kumpulan Cerpen Teenlit) (2015), Berbagi
Kisah dan Harapan *tidak dijual bebas, dan Morning Light (2010).
Touché! merupakan novel keempatnya yang
diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, tapi novel kedua setelah Incognito yang
mengambil tema fantasi. Meski mengaku awalnya memilih tema tersebut karena
“ingin membuat pengetahuan tampak menyenangkan”, ternyata belakangan ia
ketagihan membuat novel fantasi karena imajinasinya jadi lebih bisa dieksplor.
Kesulitannya adalah bagaimana cara mengemas cerita fiktif hingga bisa
meyakinkan.
Berkat
karyanya ini ia pernah menyandang status sebagai Penulis Berbakat Lomba Novel
TeenLit Writer pada tahun 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar